INDOPENA.COM – AI (artificial intelligence) diprediksi bisa menggantikan peran manusia dalam melakukan pekerjaan. Munculnya AI banyak membuat masyarakat merasakan kecemasan, sebab kehadirannya tersebut telah mengubah sistem kerja pada beberapa bidang. Salah satunya yaitu pada bidang layanan kesehatan mental. Lalu apakah benar AI bisa menggantikan peran psikolog ke depannya?
Profesi yang bergerak di bidang konseling dan terapi tidak akan bisa tergantikan sepenuhnya oleh adanya AI. Namun, hal tersebut bukan berarti AI tidak bermanfaat untuk bidang psikologi. Adanya AI bisa digunakan untuk membantu pekerja di bidang psikologi. Beberapa jenis AI yang bisa digunakan di antaranya:
1. Infrared imaging, yang bisa digunakan dalam mendeteksi adanya perubahan suhu pada diri individu.
2. Optical sensing, yang bisa membantu dalam mengetahui dan menganalis ekspresi muka dan kedipan mata pada individu.
3. Face recognition, yang bisa membantu dalam mengonfirmasi identitas klien yang akan melakukan konseling ataupun terapi.
4. Vocal analysis, yang bisa membantu dalam mengetahui perbedaan karakteristik individu ketika sedang berbicara.
5. Olfaction (smell), yang bisa membantu dalam mendeteksi adanya keracunan pada individu.
AI (artificial intelligence) memang telah membantu pada bidang psikologi, tetapi untuk sekarang ini AI masih belum bisa menggantikan peran psikolog sepenuhnya. Hal tersebut karena perlunya pengembangan AI lebih lanjut lagi supaya dapat lebih maksimal dalam memberikan pelayanan psikologi.
Menurut Welasasihconsulting, setidaknya ada beberapa hal yang membuat psikolog masih belum bisa digantikan secara keseluruhan oleh AI, di antaranya sebagai berikut:
1. Membutuhkan empati yang tinggi
Psikolog dituntut untuk bisa mempunyai empati yang tinggi dalam melakukan konseling kepada kliennya. Adanya empati bisa membuat psikolog memposisikan dirinya sebagai orang lain sehingga tidak mudah untuk menghakimi serta membuat klien merasa lebih nyaman untuk bercerita mengenai permasalahannya.
AI sebagai kecerdasan buatan tentu tidak mempunyai sifat empati alami yang dimiliki oleh psikolog sehingga tidak bisa menggantikan peran psikolog sepenuhnya.
2. Menjadi pendengar yang aktif
Tidak semua individu bisa menjadikan individu lain sebagai tempat yang tepat untuk bercerita. Kehadiran psikolog menjadi pilihan yang tepat bagi klien untuk menceritakan masalah yang sedang dihadapinya. Prosesi konseling yang dilakukan oleh psikolog tentu erat kaitannya dengan interaksi manusia sehingga kehadiran AI belum bisa menggantikan peran tersebut.
3. Memahami emosi dengan bijak
Pada sesi konseling, psikolog dapat melihat emosi yang dikeluarkan oleh kliennya, seperti amarah, kesedihan, kekecewaan, ataupun emosi berdasarkan keadaan mental yang dirasakannya. AI mungkin bisa mendeteksi emosi klien tersebut, tetapi tetap saja masih membutuhkan psikolog supaya bisa menyikapi emosi klien dengan bijak.