Danau Sentarum sangat kental dengan pemandangan eksotis terhampar luas dan keteduhan tajuk pohon-pohon tua yang berada disekitarnya. Danau yang menjadi 80% bagian dari kabupaten Kapuas hulu ini dikelilingi gunung yang berderet dengan begitu indahnya, mulai dari gunung Panggurdulung, gunung Meliau, gunung Peninjauan, dan beberapa perbukitan.
Terkenal juga dengan danau musiman pada musim hujan, fungsi dari danau ini adalah sebagai tadah air yang akan mengisi Sungai Kapuas. Danau ini juga merupakan sumber air untuk Sungai Kapuas yang juga turut mengairi beberapa kota seperti Kota Sintang, Kapuas Hulu dan bahkan beberapa wilayah Pontianak. Pemandangan dari perbukitan sekitar pada musim penghujan akan menyajikan kondisi hamparan perairan yang luas seperti halnya lautan. Namun semua berbalik pada musim kemarau, debit air ini mengalir pada sungai-sungai sekitar yang membuat Danau Sentarum menjadi lapangan yang kering pada musim kemarau dan kerap muncul beberapa titik pemukiman nelayan musiman di sekitar danau.
“Danau ini terakhir mengalami pengeringan tahun 2019, kami juga rindu suasana kering itu” ungkap Agus Yulianto kepala Bagian TU Balai Besar TN Betung Kerihun. Sudah 2 tahun belakangan, fenomena musim kering ini sulit dirasakan kembali karena adanya perubahan iklim yang terjadi di Bumi.
Uniknya pada masa kemarau atau saat musim hujan, kedalaman danau sentarum ini mencapai 15 meter. Saat mengalami surut, danau ini akan menyisakan titik-titik air. Titik air inilah yang menjadi sumber penghidupan bagi banyak satwa yang bersembunyi di semak belukar.
Seperti halnya Kawasan konservasi lainnya, Taman Nasional Danau Sentarum merupakan rumah berbagai satwa dan flora. Sedikitnya kita bisa menemukan 64 jenis amfibi dan reptil, 147 jenis mamalia, 311 jenis burung dan 265 jenis ikan. Sedangkan untuk habitat flora bisa ditemukan 154 jenis anggrek alam dan 675 jenis tanaman.
”Hutan adalah rumah dan makanan kami, air adalah darah kami dan batu-batuan adalah tulang kami,” lontar Zaenal seorang pria asal Desa Mesintang dalam perjalanan kami menuju Danau Sentarum Desember lalu. Ungkapan tersebut menegaskan bahwa masyarakat tidak mungkin merusak hutan mereka karena hutan dan segala isinya adalah penopang hidup mereka. Di sekitar Danau Sentarum terdapat penduduk yang mendiami. Jumlah penduduk yang ada di sana, kira-kira 20 ribu jiwa. Pada saat danau sedang banyak air, mata pencaharian penduduk di Danau Sentarum adalah menjadi nelayan dan petani. Sedangkan pada saat danau surut, pencaharian mereka berubah menjadi penjual ikan hias, penjual ikan konsumsi dan penjual madu.