Scroll untuk baca artikel
banner 325x300
Example 970x250
Nasional

Mengapa Tokyo Buat Aplikasi Kencan Untuk Warganya ?

×

Mengapa Tokyo Buat Aplikasi Kencan Untuk Warganya ?

Share this article
Aplikasi Kencan
Example 468x60

INDOPENA.COM – Pemerintah Metropolitan Tokyo akan turut serta dalam mencarikan jodoh untuk warganya.

Hal ini dilakukan karena Jepang saat ini tercatat mengalami penurunan angka kelahiran. Bahkan, mengutip NHK, angka kelahiran di Jepang pada 2022 berada di bawah angka 800 ribu kelahiran untuk pertama kalinya.

Example 300x600

Krisis populasi di Jepang ini disebut menjadi alasan bagi pemerintah untuk mendorong warganya untuk menikah dan memiliki keturunan.
Selain itu, dalam keterangan kepada This Week in Asia, seorang pejabat Pemerintah Metropolitan Tokyo mengatakan, banyak warga Jepang yang ingin menikah, tetapi tidak tahu bagaimana caranya menemukan pasangan yang potensial.

Survei pada 2021 mengungkap, 70 persen orang yang ingin menikah menyatakan bahwa mereka tidak nyaman menggunakan aplikasi cari jodoh dari perusahaan swasta.
“Sebagai jawabannya, agar bisa memberikan kesempatan bagi mereka yang tidak terlibat dalam pencarian pasangan untuk menikah, kami memutuskan untuk menciptakan kesempatan mereka untuk bertemu (dengan calon pasangan) lewat sistem mak comblang dengan AI,” ucap pejabat tersebut, dilansir South China Morning Post.

Meskipun sejumlah warga menyambut inisiatif ini dengan tangan terbuka, banyak juga yang tidak setuju. Mereka menganggap, pemerintah sepatutnya menyelesaikan masalah fundamental yang menyebabkan banyak warga Jepang tidak menikah dan punya anak: Ketidakstabilan ekonomi dan sedikitnya waktu di luar kerja.
Dosen di Yamanashi Gakuin University, Sumie Kawakami, menyebut, pemerintah lebih baik mengarahkan anggaran mereka untuk menangani masalah-masalah fundamental tersebut.

“Lebih banyak yang harus dilakukan untuk membantu keluarga-keluarga tidak mampu, membantu ibu-ibu tunggal, menyediakan layanan pengasuhan anak yang lebih baik, menurunkan biaya dalam membesarkan anak, dan membiarkan warga untuk punya lebih banyak waktu di luar pekerjaan,” kata Sumie kepada This Week in Asia.
“Kami memang memiliki masalah (dengan populasi), tetapi menurut saya, ini bukan disebabkan oleh mereka tidak ingin menikah atau punya anak. Ini karena mereka tidak punya biayanya,” imbuh Sumie