Scroll untuk baca artikel
banner 325x300
Example 970x250
Wisata

Mengenal Sejarah Benteng Victoria Ambon

×

Mengenal Sejarah Benteng Victoria Ambon

Share this article
Benteng Victoria
Example 468x60

Ketika didirikan oleh Portugis pada 1575, benteng ini diberi nama Fortaleza Nossa Seinhora da Annunciada. Nama ini berkaitan dengan waktu peletakan batu pertama yang bertepatan dengan Hari Kenaikan Isa Almasih (Anunciada).

Pada 1600, Belanda datang ke Maluku dan berusaha merebut benteng ini dari Portugis, tetapi gagal. Barulah pada 1605, Belanda kembali melancarkan serangan di bawah komando Steven van der Haghen dan berhasil merebut Fortaleza Nossa Seinhora da Annunciada.

Example 300x600

Setelah itu, Belanda mengubah namanya menjadi Benteng Victoria, dalam rangka memperingati kemenangannya atas Portugis. Namun, masyarakat sekitar lebih akrab dengan nama Benteng Kota Laha, yang berarti benteng di Teluk Laha. Benteng Victoria pernah mengalami kerusakan cukup parah akibat guncangan gempa bumi yang terjadi pada 1643-1644, 1673-1674, dan 1754 M. Bangunanya kemudian direnovasi dan diperluas ketika Gubernur Bernardus van Pleuren (1775-1785 M) memerintah di Ambon.

Setelah itu, namanya kembali diubah, yaitu menjadi Benteng Nieuw Victoria yang berarti kemenangan baru. Oleh Belanda, Benteng Victoria kemudian dijadikan pusat administrasi VOC. Benteng Victoria menjadi saksi dari dua peristiwa besar, yaitu Perlawanan Pattimura dan Pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan).

Setelah sempat dikuasai Inggris (1811-1816), benteng ini diserahkan kembali kepada Belanda pada 25 Maret 1817. Periode kembalinya kekuasaan Belanda menjadi latar belakang perlawanan masyarakat di Maluku, salah satunya pemberontakan yang dipimpin oleh Kapitan Pattimura.

Di depan benteng inilah Kapitan Pattimura harus mengentikan perjuangannya dan dijatuhi hukuman gantung pada 15 Mei 1817. Setelah Indonesia merdeka, tepatnya pada 1950, Benteng Victoria kembali menjadi saksi sebuah pergolakan. Dr. Christian Robert Steven Soumokil, seorang bekas Jaksa Agung NIT (Negara Indonesia Timur), mendeklarasikan Republik Maluku Selatan (RMS) dan ingin memisahkan diri dari Republik Indonesia Serikat (RIS).

Pemerintah RIS kemudian mengirim ekspedisi militer yang disebut dengan Gerakan Operasi Militer (GOM) III di bawah pimpinan Kolonel Kawilarang. Dalam upaya memberantas pemberontakan RMS, Letnan Kolonel Slamet Riyadi tertembak dan gugur di depan Benteng Victoria. Meski benteng ini gagal direbut, namun pasukan GOM berhasil menduduki Kota Ambon dan mematahkan pergolakan RMS.

Pada awal pembangunannya, denah Benteng Victoria berbentuk poligonal dengan tujuh bastion atau gedung jaga. Setelah jatuh ke tangan Belanda, VOC memperbaiki dan menambahkan beberapa bangunan untuk kepentingan militer dan pemukiman. Penampilan keseluruhan benteng pun berubah total. Bangunan yang ditambahkan Belanda terdiri dari barak, gudang senjata, gudang peluru, dan beberapa ruangan lain seperti pos prajurit penjaga. Benteng Victoria memiliki banyak ruangan dengan fungsinya masing-masing, seperti tempat mengatur strategi, ruang penyimpanan bahan makanan. Selayaknya benteng pertahanan lainnya, benteng ini juga dilengkapi dengan meriam berukuran raksasa dan parit di sekelilingnya.