Pura Tirta Empul ditemukan sekitar tahun 926 Masehi. Keberadaan pura ini sebagai tempat suci dapat ditelusuri melalui keterangan Prasasti Manukaya pada tahun 1960 yang dikeluarkan oleh Kuno Jayasingha Warmadewa yang kini disimpan di Pura Sakenan di Desa Manukaya, Tampaksiring, Gianyar.
Selain itu, sejarah Pura Tirta Empul disebutkan dalam kitab kakawin karya Dang Hyang Nirartha yang menceritakan mengenai kemenangan Dewa Indra beserta pasukannya dalam pertempurannya melawan Raja Mayadanawa.
Untuk kepentingan peperangan, Dewa Indra dengan tongkat sucinya membuat sumber mata air suci yang kini kita kenal dengan nama “Tirta Empul”. Pada saat itu, mata air ini digunakan untuk kepentingan membersihkan diri, membuang aib, dan kepentingan keagamaan.
Diceritakan pula, air suci ini digunakan untuk mengobati pasukan yang terluka di saat perang melawan pasukan Mayadenawa. Hingga kini dipercaya bahwa air suci itu memiliki khasiat yang luar biasa untuk menyembuhkan penyakit.
Dengan fungsi utamanya sebagai tempat persembahyangan umat Hindu, Pura Tirta Empul sering dikunjungi untuk pelukatan atau prosesi penyucian diri dengan air suci Tirta Empul. Di dalam area pura terdapat dua buah kolam air yang terdapat 26 pancuran di dalamnya.
Air yang keluar di mata air ini dianggap sebagai air suci oleh umat Hindu yang digunakan untuk menyucikan diri dan memohon tirta suci. Pura ini memiliki 3 bagian yakni Nista Mandala atau Jaba Sisi (bagian luar), Madya Mandala atau Jaba Tengah (bagian tengah), dan Utama Mandala atau Jeroan (bagian utama pura).
Setelah membayar tiket masuk, pengunjung akan melewati gapura yang merupakan pintu masuk ke Jaba Sisi pura. Di sini akan terlihat beberapa bangunan yang sangat cocok untuk spot foto dan beberapa pedagang makanan sehingga Anda tidak akan khawatir akan kelaparan selama berada di area pura.
Di Jaba Tengah, terdapat dua buah kolam besar berbentuk persegi panjang yang biasanya digunakan untuk pelukatan. Selanjutnya, di bagian Jeroan akan ada kolam besar yang menampung air yang akan disalurkan ke pancoran yang ada di kolam penyucian.
Bagi pengunjung yang ingin melukat, proses pelukatan dimulai dengan menghaturkan canang pada tiap pancoran yang ada. Setiap pancoran memiliki fungsi dan nama yang berbeda-beda, di antaranya Tirta Sudamala, Tirta Penglukatan, dan Tirta Panegtegan.
Setelah menghaturkan canang, pada setiap pancoran dilakukan penglukatan dengan cara cuci muka tiga kali, berkumur tiga kali, dan minum sekali. Selanjutnya cakupkan tangan di dada sambil memanjatkan doa.
Selain melukat, wisatawan juga bisa berkeliling area sekitar untuk melihat bangunan-bangunan khas kebudayaan Bali yang ada di pura. Tidak hanya area kolamnya yang menarik, Pura Tirta Empul juga memiliki taman yang sudah ditata dengan rapi.
Bentang alam yang ada di sekitar pura yang masih alami dan indah pun juga menambah daya tarik yang dimiliki oleh Pura Tirta Empul ini.